5/10/14

Singapura Pada dekade 1940-1950an



Pada dekade 1940-1950an pasca perang dunia kedua berakhir singapura di prediksi tidak memiliki harapan untuk memiliki masa depan ekonomi yang bagus bahkan pada masa itu singapura tidak mampu menopang perekonomiannya sendiri, hal ini dikarenakan para negara-negara imperalis peserta perang dunia mengalami kerusakan parah hingga kolaps. Pada masa itu para negara-negara persemakmuran termasuk singapura yang notabene adalah koloni dari inggris diharapkan dapat membantu untuk membayar dan membangun kembali perekonomian negara.
Sebagai Enterport global, Negara Singapura sangat menggantungkan perdagangan di pelabuhan miliknya. Pada 1965 sendiri, perdagangan dan manufaktur menyumbang masing-masing 30% dan 15% seluruh GDP. Pada masa itu singapura sangat ketergantungan terhadap ekspor impor dari Malaya dan Indonesia. Namun, setelah tahun 1965 ketika singapura memutuskan berpisah dengan malaysia secara bertahap kebijakan-kebijakan Singapura mengalami perubahan. Pemerintah PAP mengikuti saran dari Albert Winseus (ekonom belanda dari PBB) melakukan konsentrasi pada kebijakan impor secara lokal dan menawarkan perlindungan terhadap industri lokal agar dapat tumbuh secara bertahap hingga menjadi industri besar.
Singapura memiliki jalur perdagangan yang sangat strategis dan tidak menyia-nyiakan hal ini.  industri minyak singapura sangat diuntungkan dengan kondisi ini negara tetangga yakni Indonesia dan Malaysia mengirim minyak mentah untuk dikirim ke eropa melalui singapura untuk dijadikan minyak siap pakai hingga  pada akhirnya karena memiliki tangki penyimpanan massal untuk minyak tanah di Pulau Bukom Singapura mengundang perusahaan-perusahaan minyak untuk membangun perusahaan di singapura dan melakukan proses penyulingan hingga menjadi minyak siap pakai yang kemudian langsung diekspor ke Eropa, hal inilah yang membuat singapura mendapat untung besar dan membuat perusahaan asing seperti caltex, exxon mobil, BP berbondong-bondong mendirikan di singapura karena singapura dianggap markas besar untuk mencari minyak di perairan. Hingga pada 1980, Singapura menjadi pusat Industri minyak terbesar di Asia Tenggara.
Awal 1960-an, PAP sebagai partai dominan dalam pemerintahan mulai mendorong untuk melakukan industrialisasi  dimana secara administratif tata kelola pelabuhan ditata kembali. Kemudian Departemen Kelautan dan Pekerjaan Umum singapura pada masa itu membentuk sebuah institusi yang diberi nama  Port of Singapore Authority ( PSA ) . yang bertanggung  jawab untuk menjaga pelabuhan , meningkatkan pelayanan , menjadi informan handal , mengendalikan navigasi laut, sekaligus memelihara mercusuar dan alat bantu navigasi . Dimulai pada awal 1960an Pelabuhan diperluas agar dapat mencakup lima dermaga utama , termasuk satu di sisi utara yakni pulau Sembawang, yang khusus menangani ekspor-impor kayu.
Hal ini bertujuan untuk Meningkatkan efisiensi pelabuhan dan mengurangi jumlah pekerja, selain itu juga dapat meningkatkan kapasitas pelabuhan pada ditahun-tahun berikutnya. Pelabuhan Singapura selalu mengalami pembaharuan agar dapat menampung kapasitas yang besar dan sekaligus membuat para pengunjung merasa nyaman. karena Signapura adalah salah satu dari empat pelabuhan utama di Asia , setelah Hong Kong , Kobe dan Kaohsiung.  Dan kini pelabuhan singapura memiliki lima terminal minyak utama yang masing-masing dioperasikan oleh perusahaan minyak Shell ,Mobil , Esso , Caltex dan BP.

No comments:

Post a Comment