1.
Sejarah
Politik Luar Negeri Israel
Ada
beberapa tahap bentuk politik luar negeri Israel dalam berbagai fase waktu dan
rezim yang memegang pemerintahan Israel.
·
Politik
Luar Negeri Israel Setelah Kemerdekaan
Politik
Luar Negeri Israel dibentuk setelah tanah yang dijanjikan didapat oleh kaum
Yahudi pada tahun 14 mei 1948 dengan perdana menteri pertama yaitu Dipimpin
oleh David Ben-Gurion. Pada masa ini, politik luar negeri Israel lebih
mendalami institusi penting yang ada di negaranya tersebut seperti pembangunan
lembaga-lembaga negara. Pencarian
pengakuan kedaulatan negara juga menjadi tujuan utama politik luar negeri
Israel pada masanya.
Kemudian,
setelah berdirinya negara israel pada tahun 1948, idealis gerakan zionis
dinegara tersebut berharap bahwa para pemimpin israel dapat mengambil pola serius ramalan gambar negara
itu sebagai bentuk salah satu arah
politik luar negeri Israel yaitu a light unto the nations ' berbasiskan
kebijakan di atas prinsip-prinsip keadilan dan hak azasi manusia[1].
Dalam waktu singkat, tekanan politik luar negeri ekstrim diberlakukan atas kerentanan keamanan Israel
atas negara negara arab disekitarnya, Hubungan luar negeri Israel muncul
untuk menetap ke alur realpolitik. Sesuai dengan asumsi, realis organ
negara dan lembaga itu yang penting, dan non-state-to-state hubungan, semakin
menonjol dalam kontemporer amerika utara dan eropa barat. Dan berpikir tentang
yang diabaikan atau tunduk pada pertimbangan nasiona[2]l.
Bentuk arah ini menjadi prinsip politik luar negeri Gurion pada masa itu.
Di tahun 1953, Gurion mengundurkan diri dan
menjabat sebagai menteri pertahanan.
Perdana Menteri Selanjutnya digantikan oleh Moshe Sharett, dan kembali
kekuasaan Perdana Menteri kembali kepada Ben- Gurion. Pada masa Gurion ini , terjadi perang pertama
arab israel yang terjadi di gurun Sinai antara Israel dan Palestina. Politisi dari Partai Mapai ini memulai
melakukan pendekatan internasional termasuk hubungan baik yang aku dengan
Amerika Serikat terhadap kejadian tersebut dengan melakukan kampanya politik.
Kampanye
politik pun dimulai dengan penyelenggaraan dengan dewan keamanan hampir segera
setelah pertempuran dimulai. Tujuannya berubah secara bertahap untuk
memenangkan legitimas Israel terhadap dunia luar dalam perang enam hari dalam
pertempuran melawan Mesir di Gurun Sinai[3].Dalam
peperangan ini dimenangkan secara militer oleh Kubu Israel, Prancis dan Inggris
, tetapi kemenangn dalam politk dimenangkan oleh Mesir melalui keberhasilan
menasionalisasikan Terusan Suez.
·
Politik
Luar Negeri Israel Paska Perang Enam Hari
Politik
Luar Negeri Israel semakin dalam percaya diri setelah kemenangan telak dalam
perang enam hari. Politik Luar Negeri Israel dikomandoi oleh perdana menteri ke
empat dan perdana menteri pertama perempun Israel yaitu Golda Meir. Pada masa
kepemimpinan Golda, PLN Israel lebih terkonsentrasi pada pada front diplomatik
- berseni pencampuran diplomasi personal dengan penggunaan terampil dalam
menampilkannya dalam media massa[4]
Pada
Masa ini terjadi peristiwa besar yang terjadi seperti Pembantaian Munchen dan
Perang Yom Kippur yang membuat arah gerak PLN Israel sedikit konfrontatif.
Walaupun mendapatkan kemenangan tipis atas perang Yom Kippur, Israel tidak bisa
mengendalikan gejolak politik yang ada didalam negerinya sehingga Golda turun
tahta
·
Politik
Luar Negeri (Fokus : Israel dan PLO)
Pada fase ini, focus dari PLN Israel
mulai memasui dominasi hubungan Israel – Palestina. politik luar negeri Israel
diwarnai oleh beragamnya sikap Israel terhadap negara‐negara
Arab tetangganya, seperti penandatanganan perjanjian Camp David dengan Mesir
pada 1978, serta invasi ke wilayah Lebanon Selatan pada tahun yang sama. Pada
decade selanjutnya politik luar negeri Israel identik dengan agresifitas militer.
Hal tersebut terlihat dari adanya penyerangan reactor nuklir Irak pada 1981,
invasi ke Lebanon pada 1982, serta pengeboman markas besar PLO di Tunisia pada
1985[5].
Hal ini masih berlanjut sampai sekarang
dimana pemerintahan Benyamin Netanyahu. Meneruskan wacana perdamaian diantara
edua negera. Melanjutkan kembali
pembicaraan perdamaian palestina-israel menyebabkan upaya oleh pemerintah
israel untuk memperbaiki status hukum referendum yang membutuhkan referendum untuk menyetujui
penarikan israel dari territories di bawah kedaulatan menjadi dasar hukum.[6]
Dalam kasus hukum ini telah relevansi arus american-sponsored negotiations
berakhir dengan kesepakatan, dan teritorial israel-palestina understandings
termasuk sebuah divisi dari yerusalem dan / atau wilayah taukar.Sementara
seperti hasil tidak, dalam melakukan tawar-menawar mereka di sekitar referendum
hukum hubungan antara politik domestik
dan kebijakan luar negeri
2. Unsur
Politik Luar Negeri Israel
Mengingat sumber daya
alam Israel yang terbatas dan memanasnya
hubungan negara Israel dengan beberapa Negara-negara
Arab terutama dengan Palestina, banyak dari kebijakan luar negeri
Israel yang bertujuan untuk mempertahankan
diri. kebijakan ini secara sadar terkait dengan perhitungan-perhitungan yang matang
dan strategi yang jitu dalam melakukan ekspansinya ke
negara-negara lain. Dalam makalah ini penulis membahas unsur-unsur Politik Luar
Negeri Israel[7]
:
a)
Strategi Pertahanan
Strategi
pertahanan dalam politik luar negeri sangat diperlukan oleh Israel karena
mengingat Israel menghadapi beberapa
lawan potensial terutama dalam kawasan timur tengah sendiri, Israel harus tetap waspada dengan segal
kemungkinan yang terjadi karena sifat ekspansionisnya sehingga harus ada usaha untuk mencegah kemungkinan tindakan kolektif negara-negara
Arab untuk melawan Israel. karena itulah israel melihat bahwa masuk
sebagai salah satu dari divisi di Arab sebagai posisi yang
menguntungkan.
b)
Demonstrasi
Utility Strategis Israel
Paska
deklarasinya Israel melihat bahwa menjalin hubungan dengan Amerika Serikat yang
pada masa itu sebagai negara pertama yang mengakui berdirinya Israel merupakan
sebuah posisi yang sangat strategis untuk meningkatkan ekonomi, militer dan
politik. Selain itu Israel juga menjalin kerjasama dengan Inggris dan Perancis
untuk memperkuat keberadaannya. Karena Salah
satu tujuan dari kolaborasi Israel dengan AS, Perancis dan Inggris adalah untuk
mendukung kepentingan Barat di Timur Tengah.
c)
Dilema strategi
Israel pada 1970an
Setelah pengusiran pasukan Uni Soviet pada tahun 1972 dari
Mesir secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa Mesir mulai memiliki pandangan
satu ideologi dengan Amerika Serikat, hal ini secara otomatis membuat Israel
semakin dilema terhadap PLNnya dengan AS. Karena Israel berpandangan bahwa jika
AS beraliansi dengan Mesir dan Mesir menjadi fasilitator antara AS dengan
negara-negara anggota timur tengah maka Israel bukan menjadi apa-apa lagi di
mata Amerika Serikat. Dengan munculnya negara-negara
arab menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat berpotensi mengancam hubungan
AS-Israel.
d)
Setelah
Camp David
Meskipun
perjanjiang camp david telah diterima
oleh semua pihak baik Mesir maupun Amerika Serikat, dianggap sebagai satu
langkah dalam proses politik luar negeri Israel yang semakin agresif. Israel
semakin terpojok saat Mesir dan Amerika Serikat mulai membangun hubungan baik
untuk perdamaian di regional tersebut.Mesir bisa menjadi bahkan lebih memiliki
prospek untuk beraliansi jika hal itu untuk meningkatkan hubungan dengan
sejumlah negara Arab dari pada Israel. Dengan demikian israel mempunyai dua momok kekhawatiran dalam PLNnya yaitu:
Pencegahan hubungan baik antara Amerika Serikat dengan Mesir dan pencegahan
rekonsiliasi hubungan mesir dan dunia arab. Keberhasilan
strategi Israel ini dapat dilihat pada tahun 1990 yakni pada saat Israel
mencapai hubungan strategis lagi dengan Amerika Serikat, yang berpuncak pada masuknya Israel dalam penelitian SDI sekaligus penandatanganan beberapa perjanjian untuk kerjasama strategis. Disini Mesir tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
mencapai hubungan strategis lagi dengan Amerika Serikat, yang berpuncak pada masuknya Israel dalam penelitian SDI sekaligus penandatanganan beberapa perjanjian untuk kerjasama strategis. Disini Mesir tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam hubungannya dengan Amerika Serikat.
[1]Cohen ,Raymond (1994) . Journal Middle East Quarterly : Israel's Starry-Eyed Foreign Policy vol
2 . dikutip dari http://www.meforum.org/221/israels-starry-eyed-foreign-policy
[2] ibid
[3] Rosenthal ,Yemima
(2009).Journal Document of Israel
Foreign Policy : VOLUME 12THE SINAI
CAMPAIGN THE POLITICAL STRUGGLE OCTOBER 1956 – MARCH 1957 Jerussalem
[4] Dikutip
dari http://www.mfa.gov.il/mfa/aboutisrael/state/pages/golda%20meir.aspx
Kamis, 8 may 2014 pkl 1.04am
[5] Pradana,
Hafid Jurnal UMM Fluktuasi
Agresifitas Politik Luar Negeri Israel Terhadap Palestina malang
[6]
Sandle,Smhuel Israeli Coalition Politics and Foreign Policy . BESA Center
Perspectives Paper No. 211, August 19, 2013
[7] Telhamy,
Shibley. 1990. Israeli Foreign Policy: A Static Strategy in a Changing World.
Middle East Institute. Diakses 8 Mei 2014
No comments:
Post a Comment