Selama
beberapa tahun ini Israel merasa terancam keamanannya karena Negara Iran,
hubungan kedua negara ini pun semakin memanas. Memanasnya hubungan Israel
dengan Iran yang terjadi selama ini tak lain dan tak bukan adalah mengenai
nuklir di Iran, karena dewasa ini para ahli berpendapat bahwa program nuklir Iran
semakin lama semakin mengkhawatirkan. Menurut Israel, Negara Iran telah
menyalahi aturan IAEA (International Atomic Energy Agency) karena
memiliki nuklir tersebut. Para pejabat Iran hingga kini tetap bersikeras bahwa
program nuklir yang dilakukan oleh Negara Iran semata-mata hanya untuk tujuan
mewujudkan perdamaian dunia. Namun, tetap saja para pejabat Israel hingga kini
selalu mengklaim bahwa hal ini adalah menyalahi aturan dan harus dihentikan
sekaligus ditutup proyek nuklir milik Iran ini. Bukan hanya negara-negara
anggota di Middle East namun juga
negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Uni Eropa. Ini dikarenakan
semakin lama semakin muncul banyak spekulasi dan pertanyaan bahwa Iran akan
menggunakan fasilitas nuklirnya untuk membuat senjata-senjata dengan nuklir,
bukan untuk perdamaian seperti yang dikatakan oleh pemerintah Iran sebelumnya.
Iran
mulai melaksanakan program nuklirnya sejak tahun 1960-an. Instalasi nuklir Iran
pertama adalah untuk riset nuklir dengan kekuatan hanya lima Megawatt yang
diperolehnya dari AS dan memulai beroperasi pada 1967. Di bawah pemerintahan
Shah, Iran terus mengembangkan aktifitas nuklirnya dengan melakukan kerjasama
dan transaksi dengan beberapa perusahaan Eropa, seperti perusahaan ”Siemen”
dari Jerman pada tahun 1975, dan perusahaan dari Perancis pada tahun
berikutnya. Pada tahun 2003, muncul awal mula permasalahan terhadap
pengembangan nuklir Iran, yang dimulai oleh pengumuman yang dilakukan oleh
pihak oposisi Iran yang diasingkan, bahwa Iran sedang mengejar program nuklir
yang bersifat rahasia dan tidak aman, kemudian menyelimuti dan
menyembunyikannya dari International
Atomic Energy Agency (IAEA).
Di
Timur Tengah sendiri Iran mendapat respon yang negatif dari beberapa negara, security dilemma muncul ditengah-tengah negara timur tengah karena adanya kepemilikan
fasilitas pengayaan uranium Iran. seperti yang dilakukan kawan sebelah barat
dayanya Turki misalnya, Turki meminta bantuan NATO untuk penambahan sistem
pertahanan Rudal Patriot guna mengimbangi kekuatan Iran. Israel melakukan
tindakan yang lebih provokatif dengan
menyatakan kesiapannya melakukan perang terhadap Iran dan melakukan aksi
sabotase terhadap fasilitas pengayaan uranium milik Iran[1].
Hal ini sangat terlihat pada pernyataan Netanyahu pada saat menghadiri
pertemuan di Roma bersama John Kerry pada oktober 2013 lalu dimana Netanyahu
mengatakan sebagai Perdana Menteri Israel telah mengupayakan langkah-langkah
dengan mendorong masyarakat internasional untuk mengecam Iran dan mendorong
untuk memaksa Iran melakukan pembatasan pengayaan uranium Iran dan sekaligus memastikan
bahwa program nuklirnya adalah untuk tujuan damai.
Pada tahun 2014 ini anggaran militer Israel
setidaknya 3.47 milyar dollar AS yang
dikhususkan untuk meningkatkan peralatan militer mereka guna persiapan
perang dengan Iran. Pejabat Jerusalem
baru-baru ini pun mengatakan bahwa Israel bisa menyerang tempat
pengayaan nuklir Teheran tanpa membutuhkan bantuan sahabat karibnya Amerika
Serikat karena pemimpin Gedung Putih
sendiri
meskipun menyatakan sikap pengecaman terhadap program pengayaan nuklir milik
Iran, namun disisi lain Obama juga mengecam tindakan provokasi dari Israel
terhadap Iran. Pejabat-pejabat militer senior Israel mengatakan
bahwa dana tersebut merupakan seperlima dari anggaran militernya setiap tahun
dimana anggara tersebut dikhususkan untuk persiapan serangan udara
menghancurkan fasilitas-fasilitas nuklir milik Teheran. Menteri Pertahanan
Israel Moshe Yaalon mengkritik AS bahwa upaya diplomatik yang digunakan dalam
penyelesaian nuklir iran akan menjadi angan-angan belaka dan hanya kemampuan
Israel untuk melakukan cara-cara militerlah yang akan menyelesaikan kasus ini[2].
Jika dilihat secara geografis, memang negara Iran dan negara Israel tidak
berbatasan secara langsung sehingga ditakutkan konflik antara kedua
negara ini juga akan mempengaruhi negara-negara sekitarnya terutama timur
tengah sendiri. Saat ini jika dilihat dari konflik yang ada di timur tengah
negara yang menjadi penentu terbukanya kemungkinan terjadinya perang
Israel-Iran adalah Suriah. karena Suriah secara tersurat telah menyediakan
lahan untuk berperang, dimana di suriah akan menjadi lintasan perang israel
untuk menyerang iran jika perang benar-benar terjadi.
Dari respon-respon yang dilakukan Israel terhadap
Iran menunjukkan bahwa kebijakan luar negeri Israel sangat agresif terhadap
Iran, diantaranya dengan menghimpun seluruh masyarakat internasional untuk
melakukan pengecaman kepada Iran terhadap kepemilikan nuklirnya yang
terindikasi dipergunakan untuk senjata perang. Selain itu desakan-desakan
Israel terhadap negara Super Power untuk melakukan tindakan tegas bukan hanya
negosiasi semata. Dalam menanggapi kepemilikan nuklir Iran, negara Israel lebih
memilih untuk melakukan tindakan-tindakan agresif diantaranya pada tahun 2014
ini anggaran militer Israel setidaknya 3.47 milyar dollar AS yang dikhususkan untuk meningkatkan peralatan
militer mereka guna persiapan perang dengan Iran. Israel secara terang-terangan
menyatakan siap perang dan siap melakukan penyerangan terhadap
fasilitas-fasilitas pengayaan nuklir milik Iran.
[1] Zanotti, Jim. 2014. Israel:
Background and U.S. Relations.
Congressional Research Service.
[2] Guez, Jack & Hamid forotan . Israel
budgets $3 bn for strike on Iran - report . dikutip dari http://rt.com/news/israel-iran-war-budget-901/
No comments:
Post a Comment