1.
Apakah globalisasi merupakan fenomena lama atau fenomena
pasca perang dingin?
·
George Modelski dalam buku karangan David Held and Anthony McGrew yang berjudul The Global Transformations Reader mengatakan bahwa periode awal sebuah globalisasi terjadi sekitar 1000 masehi , dimana bangsa arab dengan kekuatan islamnya
berhasil memperluas wilayahnya hingga ke asia, afrika dan eropa hingga menjadi
poros utama politik di seluruh dunia. pada saat itu negara-negara yang dikuasai oleh bangsa arab
menjadi sebuah wilayah yang makmur, produktif, dan kaya akan budaya dengan
menjadi pusat penciptaan berbagai macam karya seni dan sastra. Kemudian
dilanjutkan masa kolonialisasi bangsa Eropa yang aktor utamanya adalah portugis,
perancis, inggris dan spanyol yang melakukan penjelajahan dunia menggunakan
kapal dan melakukan monopoli perdagangan. Penjelajahan ini ditindak lanjuti
dengan pembentukan koneksi dan pemeliharaan koneksi melalui kolonialisasi di
wilayah yang disinggahi, hal ini dilakukan selama berabad-abad dan secara
langsung mempercepat proses globalisasi dan politik dunia modern ke seluruh
dunia. George Modelski mengatakan bahwa sebagian besar proses globalisasi merupakan dominasi bangsa barat dan sebagai pusat politik dunia masa
kini. Pemerintah,
Rakyat, dan setiap aktor-aktor transnasional terbukti sangat cepat beradaptasi
dengan politik dunia yang diusung bangsa Barat. hingga pola hidup dan budaya
pun bangsa Barat menjadi parameter seluruh dunia.
Dari beberapa
argumen dan bukti yang dikemukakan oleh George Modelski dalam buku karangan
David Held and Anthony McGrew yang berjudul The Global Transformations Reader dapat
penulis simpulkan bahwa globalisasi merupakan fenomena lama yang sudah terjadi
beberapa abad lalu yakni 1000 masehi ketika sebelum terjadinya perang dingin, dimana bangsa arab dengan kekuatan islamnya
berhasil memperluas wilayahnya hingga ke asia, afrika dan eropa dan menjadi
poros utama politik di seluruh dunia pada masa itu.
·
Kemudian dalam buku Manfred B. Steger
yang berjudul Globalization : A very
short introduction membahas mengenai globalisasi lebih general. Steger
membagi globalisasi itu menjadi beberapa periodesasi yang kemudian Steger
mengawali globalisasi pada 10.000 SM–3.500 SM, Steger mengatakan “..........This
event marked the end of the long process of settling all five continents that
was begun by our hominid African ancestors more than one million years ago.
Although some major island groups in the Pacific and the Atlantic were not
inhabited until relatively recent times, the truly global dispersion of our
species was finally achieved. The successful endeavour of the South American
nomads rested on the migratory achievements of their Siberian ancestors who had
crossed the Bering Strait into North America a thousand years earlier.......”[1]
dari petikan tulisan Steger dapat kita simpulkan
bahwa globalisasi terjadi jauh sebelum bangsa Arab melakukan perluasan
wilayah, globalisasi sudah terjadi sejak 12.000 tahun lalu pada masa pra
sejarah ketika para suku-suku kecil nenek moyang Afrika hominid melakukan penjelajahan pemburuan hingga mencapai ujung selatan Amerika Selatan. Ini
membuktikan bahwa globalisasi itu sudah terjadi sejak zaman prasejarah.
Steger melanjutkan periodesasi pramodern 3.500 SM – 1.500 SM, pada masa
tersebut banyak karya-karya tulisan bangsa mesopotamia, mesir, dan china. beberapa bangsa berhasil mendirikan pemerintahan permanen atas bangsa-bangsa lain sehingga mengakibatkan kekuasaan teritorial yang
luas dan membentuk sebuah
wilayah-wilayah kerajaan seperti milik Kerajaan Mesir,
Kekaisaran Persia, Kekaisaran Makedonia, American Empires dari
suku Aztec dan Inca, Romawi Empire, Kekaisaran India, Kekaisaran Bizantium,
Islam Kekhalifahan, dan Kekaisaran Ottoman. Semua kerajaan ini juga melakukan pertukaran budaya, teknologi, dan komoditas. Steger meyakini bahwa globalisasi
telah terjadi sejak zaman prasejarah yang dimulai dari migrasi nenek-nenek
moyang dari suatu wilayah ke wilayah lain yang menyeberangi lautan, seperti
yang dilakukan oleh nenek moyang Afrika hominid melakukan penjelajahan pemburuan hingga mencapai ujung
selatan Amerika Selatan.
Relevansi terjadinya globalisasi masih banyak pakar yang berselisih
pendapat dalam mendefinisikan proses globalisasi sebagai peristiwa yang baru
ataupun telah terjadi sejak lama dan kemudian membawa kepentingan integrasi
antar regional dalam seluruh aspek kehidupan. Keterikatan tersebut tidak
hanya sekedar interaksi dalam satu bidang akan tetapi dalam satu bidang yang
akan mempengaruhi ke bidang yang lain baik langsung maupun tak langsung. Dari
beberapa dialektika yang disajikan, penulis lebih sepakat jika globalisasi
terjadi pada masa sekitar 1000 masehi dan bukan fenomena pasca perang dingin,
pasalnya proses globalisasi yang terjadi pada masa 10.000SM – 3.500 SM masehi terjadi
bukan hanya migrasi semata namun terjadi penyebaran budaya dan perdagangan. Orang-orang dari periode
neolitik berdagang rempah-rempah, obsidian,
kerang laut, batu mulia
dan bahan bernilai tinggi lainnya setidaknya sejak abad 10 milenium SM
(sekitar 10000 SM). Dalam milenium ke-3 SM (sekitar 3000 SM), para pelaku tersebut
berdagang dengan Negeri Punt, yang diyakini kala itu terletak di
daerah yang meliputi Somalia utara, Djibouti, Eritrea, dan pesisir Laut Merah
Sudan.
Jalur laut di Laut Merah adalah dari Bab-el-Mandeb
ke Berenike dan dari sana menggunakan jalur darat ke Sungai Nil
dan kemudian dengan perahu ke Alexandria. Hal
inilah yang meyakinkan penulis bahwa globalisasi telah terjadi sejak sebelum
masehi ketika nenek moyang melakukan migrasi melalui jalur laut dan darat dan
melakukan pertukaran barang sekaligus budaya.
Fenomena pasca perang dingin merupakan proses dari
globalisasi yang kemudian berkembang pesat karena dampak dari persaingan
teknologi, ekonomi, dan politik. Pasca perang dingin merupakan tindak lanjut
dari perkembangan teknologi yang sudah ada yang kemudian pada masa ini dominasi
dari pihak barat memiliki akar dan pengaruh yang sangat kuat karena kemenangan
dari pihak barat atas perang tersebut. penulis yakin jika globalisasi pasca
perang dingin merupakan agenda settingan yang dilakukan pihak barat, pasalnya
tangan-tangan gurita pihak barat sangat luas hingga mempengaruhi kebijakan
domestik suatu negara, sehingga globalsiasi yang terjadi pada masa kini sudah
di setting oleh pihak barat.
2.
Apakah globalisasi merupakan sebuah fenomena alamiah ataukah
sebuah agenda/proyek kapitalisme global?
Membahas tentang fenomena
globalisasi penulis mengangkat buku manfred untuk di dialektikakan. Manfred
mengatakan bahwa “.......Thus, the answer
to the question of whether globalization constitutes a new phenomenon depends
upon how far we are willing to extend the chain of causation that resulted in
those recent technologies and social arrangements that most people have come to
associate with this fashionable buzzword. Still others argue that globalization
really represents the continuation and extension of complex processes that
began with the emergence of modernity and the capitalist world system some five
centuries ago. And a few remaining researchers refuse to confine globalization
to time periods measured in mere decades or centuries. Rather, they suggest
that these processes have been unfolding for millennia....”[2]
Manfred secara sadar mengatakan bahwa dalam mengkaji mengenai fenomena
globalisasi merupakan sesuatu yang baru ataupun lama itu tergantung seberapa dalam kita mengupas rantai sebab-akibat yang ada dalam lingkungan sosial dan
perkembangan teknologi. Dalam bukunya yang berjudul Globalization A Very Short Introduction Manfred berupaya secara
obyektif menjelaskan globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dan perluasan dari proses yang kompleks dan dimulai dengan
munculnya modernitas dan sistem kapitalis
dunia sekitar lima abad yang lalu dengan ledakan teknologi yang dikenal sebagai Revolusi Industri. Globalisasi yang ada merupakan
sebuah proyek kapitalis global yang sudah dimulai beberapa abad yang lalu,
adanya revolusi industri bangsa barat pada 1800an lalu merupakan sebuah awal
untuk memulai babak baru dalam globalisasi modern dimana semua kegiatan
produksi dilakukan dengan menggunakan mesin untuk menggantikan manusia. Hingga
sekarang pertumbuhan teknologi berkembang semakin pesar, dan kita ketahui pula
teknologi-teknologi maju pendorong globalisasi masa kini tak dapat dipungkiri
dikembangkan dan dimiliki bangsa barat untuk melanggengkan kekuasaan mereka.
Sudah kita ketahui pula adanya perdagangan bebas yang terjadi diseluruh negara
hingga adanya rezim WTO merupakan sebuah setting agenda yang secara matang
dipersiapkan oleh kaum kapitalis untuk mendorong globalisasi dan secara
langsung menguasai perekonomian dunia.
·
Selanjutnya
dalam menganalisis fenomena globalisasi David Held dan Anthony McGrew lebih melihat
globalisasi sebagai sebuah perkembangan sejarah yang harus diterima yang nyata
dan signifikan. Selain itu dengan
membayangkan adanya globalisasi tersebut sebagai ideologi dan konstruksi sosial. Held mengatakan bahwa
globalisasi merupakan suatu perubahan yang mendukung
transformasi dalam organisasi dan urusan manusia dengan menghubungkan kepentingan bersama yang
kemudian memperluasnya dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusia di
berbagai wilayah. Tanpa mengacu pada
hubungan jarak antar wilayah tidak ada rumusan yang
jelas, dengan
demikian konsep globalisasi merupakan
sebuah fenomena alami yang terjadi yang kemudian di beri bumbu oleh manusia itu
sendiri seperti adanya peregangan kegiatan social, politik dan kerjasama ekonomi antar wilayah sehingga dapat mewujudkan perkembangan globalisasi yang
siginfikan bagi para globalis yang ada di dunia ini.
Dalam hal ini, kemudian dapat
berkembang secara luas dan pesat dan mewujudkan mewujudkan
kerjasama transregional karena dampak dari kesalingterkaitan tersebut. Held mengatakan bahwa globalisasi merupakan sebuah jaringan lintas
batas yang bukan hanya sesekali ataupun
dilakukan secara acak, melainkan sangat teratur seperti
layaknya adanya sebuah intensifikasi
yang terjadwal. Hingga pada akhirnya pola interaksi dan
arus dapat melampaui
masyarakat di negara maju dan
berkembang dan juga tatanan dunia.
Interaksi sosial
antar masyarakat dan transaksi perdagangan yang dilakukan oleh berbagai aktor
dapat mempercepat terjadinya proses globalisasi, karena
intensitas yang dilakukan, kecepatan dari arus globalisasi dan dampaknya ditimbulkannya merupakan hasil dari interaksi antar wilayah, jaringan, kegiatan ekonomi, politik, dan hasil dari kebijakan yang dibuat.
intensitas yang dilakukan, kecepatan dari arus globalisasi dan dampaknya ditimbulkannya merupakan hasil dari interaksi antar wilayah, jaringan, kegiatan ekonomi, politik, dan hasil dari kebijakan yang dibuat.
·
Setelah mendialektikakan dua buku antara David held dan Manfred, nampaknya
penulis lebih sepakat tentang apa yang dikemukakan oleh Manfred bahwa globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dan perluasan dari proses yang kompleks dan dimulai dengan
munculnya modernitas dan sistem
kapitalis dunia sekitar lima abad
yang lalu
dengan ledakan teknologi yang dikenal
sebagai Revolusi Industri. Sudah kita ketahui jika adanya organisasi-organisasi
internasional seperti WTO dan IMF akan membantu hak perekonomian dalam
globalisasi. Dengan adanya organisasi internasional tersebut dapat
menyebabkan semakin mendominasinya negara-negara yang mempunyai power yang kuat
untuk memaksakan perdagangan yang ditujukan untuk memajukan ekonomi negara
peripheri. Jika sekarang kita melihat kenyataan yang ada dimulai dari pemerintahan hingga gaya hidup
yang ada dalam masyarakat internasional seakan-akan latah untuk meniru tentang
apa saja yang dimiliki barat. Inilah salah satu yang menunjukkan dominasi
barat, menurut pendapat penulis barat memang mempunyai suatu proyek kapitalis dalam segala bidang
yang nantinya dapat memperkuat mereka dalam berbagai sektor agar posisinya
sebagai negara hegemon tidak tergeser. Contoh secara real yang dapat kita lihat
adalah adanya IMF dan World Bank, kedua organisasi keuangan tersebut ada untuk
membantu negara-negara berkembang meningkatkan taraf hidup negara tersebut
untuk menjadi negara makmur. Namun, jika kita telaah lebih dalam mengenai
adanya rezim tersebut tidak lain merupakan agenda kaum kapitalis untuk tetap
menjadikan negara-negara berkembang menjadi tergantung kepada pinjaman luar
negeri dari IMF dan World Bank. Inilah alasan mengapa penulis lebih condong
kepada globalisasi merupakan fenomena agenda setting oleh kapitalis, karena
untuk melakukan sebagian dari proses globalisasi negara harus mengikuti aturan
main dari negara-negara hegemon seperti Amerika Serikat.
3.
Apakah globalisasi sebuah proses internasionalisasi atau
universalisasi?
·
Universalisasi dan internasionalisasi merupakan
akibat dari globalisasi modern yang semakin kompleks pembahasannya. Manfred
B. Steger menjelaskan secara umum tentang globalisasi “......Hence, I suggest that we use the term globality to signify a
social condition characterized by the existence of global economic, political,
cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the
currently existing borders and boundaries irrelevant. Yet, we should not assume
that 'globality' refers to a determinate endpoint that precludes any further
development. Rather, this concept points to a particular social condition that,
like all conditions, is destined to give way to new, qualitatively distinct
constellations...”[3]
bahwasannya globalitas yang terjadi sekarang ini merupakan kondisi sosial yang kemudian ditandai adanya sistem ekonomi global dalam bentuk free trade, sistem politik internasional, interkoneksi
budaya yang diimplementasikan dengan adanya
saling tukar menukar budaya asing maupun lokal, dan
lingkungan yang menjadi arus pesat
dalam demokrasi.
Adanya
globalisasi diimbangi pula dengan semakin pudarnya
batas-batas negara yang ada dan kemudian para
globalis menganggap batas negara saat ini tidak relevan. Dengan semakin pudarnya batas-batas negara juga
berdampak positif dan negatif pula. Ketika batas negara tersebut pudar, aktor
dalam hubungan internasional bukan hanya negara semata, namun individu juga
merupakan aktor internasional yang saling terkoneksi satu sama lain di berbagai
belahan dunia karena batas negara yang sudah terabaikan oleh adanya
globalisasi. Namun, disisi lain dengan pudarnya batas negara ini juga merupakan
tantangan bagi para individu apakah mereka dapat mempertahankan rasa
nasionalisme mereka atau lebih memilih untuk mnjadi masyarkat
internasional.ketika rasa nasionalisme tersebut mulai pudar secara otomatis
budaya-budaya lokal milik domestik yang tidak memiliki power besar semakin lama
akan semakin pudar dan kemudian hilang. Dan kemudian akan tergantikan oleh budaya-budaya
milik negara-negara hegemon hingga mendominasi dunia ini. Inilah yang
ditakutkan para kalangan anti globalist dimana suatu saat budaya lokal akan
punah dan budaya barat akan menghegemon dunia ini.
·
Selanjutnya dalam buku karangan George
Ritzer yang berjudul Globalization : A
Basic Text berasumsi bahwa para globalis melihat bukan
hanya globalisasi sebagai sebuah proses yang ada
saat ini, tetapi diibaratkan sebuah
pohon yang tumbuh
semakin kuat akarnya dan semakin meluas pula ranting yang ditumbuhi dedaunan. Dalam pandangan ini, globalisasi melibatkan serangkaian proses menggantikan Negara bangsa sebagai aktor utama. Nations state kemudian akan digantikan kedudukannya oleh globalisasi karena dengan adanya globalisasi para globalis menganggap negara tidak dibutuhkan lagi dikarenakan sudah adah pemerintahan global yang mengatur masyarakat internasional nantinya
semakin kuat akarnya dan semakin meluas pula ranting yang ditumbuhi dedaunan. Dalam pandangan ini, globalisasi melibatkan serangkaian proses menggantikan Negara bangsa sebagai aktor utama. Nations state kemudian akan digantikan kedudukannya oleh globalisasi karena dengan adanya globalisasi para globalis menganggap negara tidak dibutuhkan lagi dikarenakan sudah adah pemerintahan global yang mengatur masyarakat internasional nantinya
Nantinya
ketika negara sudah tidak ada dan digantikan oleh sistem pemerintahan
internasional maka akan muncul aktor-aktor baru yang mengatur pemerintahan glibal
ini. Sementara aktor-aktor negara berkembang tidak
mampu untuk menghentikan mereka karena
power yang mereka miliki sangatlah minim, disamping itu arus globalisasi yang
sangat pesat semakin lama membuat negara tidak dianggap ada oleh masyarakatnya
sendiri karena mereka sendiripun dapat melakukan interaksi global tanpa
melibatkan institusi pemerintah.
Banyak
para tokoh berpendapat bahwa ketika negara-bangsa telah berkurang
kepentinganya di era global ini, ini merupakan akhir dari pemerintahan.
dimana msyarakatnya tidak membutuhkan lagi keberadaan pemerintah karena kebutuhan mereka sudah tercukupi dari hasil proses interaksi global yang cenderung lebih efisien dan memiliki banyak option.
kepentinganya di era global ini, ini merupakan akhir dari pemerintahan.
dimana msyarakatnya tidak membutuhkan lagi keberadaan pemerintah karena kebutuhan mereka sudah tercukupi dari hasil proses interaksi global yang cenderung lebih efisien dan memiliki banyak option.
Namun, disisi lain negara-bangsa mencoba
eksis kembali dengan menunjukkan keberadaannya, beberapa pandangan skeptis berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir negara-bangsa
telah menegaskan kembali keberadaannya dan telah kembali dimana
ketika dulu mengambil peran sebagai aktor dalam hubungan internasionalyang. Sebagai contoh tindakan AS saat melibatkan perbatasan Meksiko dengan patroli
perbatasan semakin meningkat guna melindungi negaranya dengan menegakkan
batas-batas wilayahnya kembali.
·
Dari
penjelasan mengenai dialektika diatas pada akhirnya penulis dapat mengambil
kesimpulan yang tepat mengenai kondisi yang terjadi pada saat ini. Saat ini globalisasi merupakan
sebuah
proses internasionalisasi, adanya sistem ekonomi global dalam
bentuk free trade, sistem politik
internasional, interkoneksi budaya yang diimplementasikan dengan adanya saling tukar menukar budaya asing
maupun lokal, dan lingkungan yang menjadi arus pesat dalam demokrasi merupakan
bukti bahwa masyarakat sekarang ini secara sadar maupun tidak sadar telah
diinternasionalisasikan oleh globalisasi.
Apalagi
semakin pesatnya perkembangan internet sehingga membuat manusia dapat dengan
mudah berinteraksi dengan dunia internasional dalam sekejap mata saja. ada yang
mengibaratkan jika pergi ke amerika bagaikan membalikkan telapak tangan,
kalimat tersebut memang perlu di apresiasi karena sekarang ini untuk mengakses
situs internasional sangat mudah sekali melalui internet. Sehingga dalam
dialektika ini saya sepakat dengan apa yang dituliskan oleh Manfred
B. Steger mengenai globalisasi, “.....Hence,
I suggest that we use the term globality to signify a social condition
characterized by the existence of global economic, political, cultural, and
environmental interconnections and flows that make many of the currently
existing borders and boundaries irrelevant....”[4]
pada masa sekarang ini kita sudah tidak dapat lepas lagi dari yang namanya
globalisasi karena setiap hari kita menjalani, melakukan, dan mengamalkannya
bagaikan agama kedua bagi kita. Ini merupakan sebuah proses internasionalisasi
efek dari globalisasi modern yang arusnya semakin pesat dan kita juga tidak
dapat menghindarinya. Juga tidak dapat kita pungkiri bahwa globalisasi dampak baik bagi setiap negara untuk maju dan berkembang.
Globalisasi, misalnya telah mendorong tumbuhnya masyarakat sipil yang menyadari
perannya untuk
berpartisipasi dalam internasional maupun dalam proses demokratisasi. Keterbukaan yang menjadi ciri
globalisasi juga telah memudahkan pergerakan barang, jasa, informasi/komunikasi
dan sebagian manusia lebih cepat, sehingga membuat komunikasi, transportasi
lebih murah.
4.
Apakah globalisasi memudarkan kedaulatan Negara atau justru
memperkuat?
·
Adanya
globalisasi juga merupakan homogenisasi budaya hal ini dapat dilihat ketika budaya-budaya lokal milik domestik
yang tidak memiliki power besar semakin lama akan semakin pudar dan kemudian
hilang. Dan kemudian akan tergantikan oleh budaya-budaya milik negara-negara
hegemon hingga mendominasi dunia ini. Inilah yang ditakutkan para kalangan anti
globalist dimana suatu saat budaya lokal akan punah dan budaya barat akan
menghegemon dunia ini. Ini merupakan salah satu faktor memudarnya batas-batas
kedaulatan negara. Goerge Ritzer mengatakan ”......The
globalists see globalization as not only in existence today, but as growing
ever more powerful and pervasive. In this view, globalization involves a set of
processes that led, among many other things, to the supplanting of the
nation-state as the preeminent actor in the world.....”[5]
Semakin
pudarnya batas-batas negara yang ada dan kemudian para globalis menganggap batas negara
saat ini tidak relevan. Dengan
semakin pudarnya batas-batas negara juga berdampak positif dan negatif pula.
Ketika batas negara tersebut pudar, aktor dalam hubungan internasional bukan
hanya negara semata, namun individu juga merupakan aktor internasional yang
saling terkoneksi satu sama lain di berbagai belahan dunia karena batas negara yang
sudah terabaikan oleh adanya globalisasi. Namun, disisi lain dengan pudarnya
batas negara ini juga merupakan tantangan bagi para individu apakah mereka
dapat mempertahankan rasa nasionalisme mereka atau lebih memilih untuk mnjadi
masyarkat internasional. “.....the
nation-state has been supplanted in importance, at least in this realm, by
global flows of all sorts. It is those flows that are of key importance and the
nation-state has grown unable (or unwilling) to stop them....”[6] Ritzer
menambahkan negara bangsa telah digantikan oleh sistem pemerintahan global yang
demokrasi dan kemudian negara bangsa semakin lama semakin hilang. Ini dapat
diartikan jika semakin lama ketika globalisasi semakin berkembang pesat maka kedaulatan
nation state akan hilang karena masyarakat lokal lebih memilih untuk menjadi
masyarakat internasional
·
Manfred B. Steger menjelaskan secara
umum tentang globalisasi “......Hence, I
suggest that we use the term globality to signify a social condition characterized
by the existence of global economic, political, cultural, and environmental
interconnections and flows that make many of the currently existing borders and
boundaries irrelevant...”[7]
dari pernyataan tersebut dapat kita lihat bahwa dengan adanya global
ekonomi, politik, budaya bercampur dan saling tukar menukar ide dalam ranah
internasional. Ini berarti bahwa kedaulatan negara sudah semakin memudar lagi
dan semakin lama tidak dianggap oleh masyarakat dalam negaranya. sistem ekonomi global pun dalam bentuk free trade, sistem politik internasional, interkoneksi
budaya yang diimplementasikan dengan
adanya saling tukar menukar budaya asing maupun lokal,
dan lingkungan yang menjadi arus
pesat dalam demokrasi. Disisi lain globalisasi merujuk
kepada satu perangkat proses sosial yang dianggap mengubah kehidupan sosial yang sedang kita jalani sekarang ini,
globalisasi telah mengalami pergeseran sistem kontak sosial manusia.
Beberapa
argumen yang dikemukakan oleh manfred sedikit banyak sama dengan argumen yang dikemukakan
oleh George Ritzer yang pada intinya dengan adanya globalisasi membuat
kedualatan negara semakin memudar. Walaupun disisi lain kalangan anti globalis
mengatakan bahwa state nation itu
pasti akan bangkit namun hal tersebut masih sulit untuk dibuktikan dewasa ini.
·
Dengan munculnya globalisasi membuat
posisi negara sebagai aktor utama dalam domestik semakin diabaikan oleh rakyat,
hal ini dikarenakan proses globalisasi modern yang mempengaruhi kedudukan
negara sebagai aktor utama. pada
zaman ini sudah terlihat jelas adanya akulturasi budaya yang bisa dikatakan
budaya itu tidak sesuai dengan bangsa kita ataupun mematikan budaya lokal dan
menggantinya dengan budaya global. Ini merupakan sebuah penjajahan fikiran yang
tidak disadari oleh kaum muda sekarang ini, mindset baru telah terbentuk bahwa
budaya lokal merupakan budaya yang hanya menjadi pelajaran sejarah dan diklaim
pada saat dilestarikan budaya lain.
Penulis
sepakat dengan apa yang dikemukakan oleh Steger “......Hence, I suggest that we use the term globality to signify a social
condition characterized by the existence of global economic, political,
cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the
currently existing borders and boundaries irrelevant...”[8] bahwa semakin pudarnya
batas-batas negara yang ada dan kemudian
para globalis menganggap batas negara saat ini tidak
relevan.
DAFTAR PUSTAKA
·
Steger B. Manfred.2003.
Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. united kingdom
·
Ritzer, George.2010. Globalization : A basic text. John Wiley & Sons Ltd, united kingdom.
·
Held, David and McGrew, Anthony.2002. The Global Transformations Reader. United kingdom. Blackwell Publishing Ltd
[1] Manfred B. Steger. Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. English. 2003.
Hlm.20-28
[5] George Ritzer. Globalization : A basic text. John
Wiley & Sons Ltd, united kingdom. 2010. Hlm. 33
[7] Manfred B. Steger. Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. English. 2003. Hlm.
1
No comments:
Post a Comment