5/10/14

MATA KULIAH PENGANTAR GLOBALISASI DOSEN PENGAMPU : Lia Nihlah Najwah, S.IP, M.Si



1.    Apakah globalisasi merupakan fenomena lama atau fenomena pasca perang dingin?
·      George Modelski dalam buku karangan David Held and Anthony McGrew yang berjudul The Global Transformations Reader mengatakan bahwa periode awal sebuah globalisasi terjadi sekitar 1000 masehi , dimana bangsa arab dengan kekuatan islamnya berhasil memperluas wilayahnya hingga ke asia, afrika dan eropa hingga menjadi poros utama politik di seluruh dunia. pada saat itu negara-negara yang dikuasai oleh bangsa arab menjadi sebuah wilayah yang makmur, produktif, dan kaya akan budaya dengan menjadi pusat penciptaan berbagai macam karya seni dan sastra. Kemudian dilanjutkan masa kolonialisasi bangsa Eropa yang aktor utamanya adalah portugis, perancis, inggris dan spanyol yang melakukan penjelajahan dunia menggunakan kapal dan melakukan monopoli perdagangan. Penjelajahan ini ditindak lanjuti dengan pembentukan koneksi dan pemeliharaan koneksi melalui kolonialisasi di wilayah yang disinggahi, hal ini dilakukan selama berabad-abad dan secara langsung mempercepat proses globalisasi dan politik dunia modern ke seluruh dunia. George Modelski mengatakan bahwa sebagian besar proses globalisasi merupakan dominasi bangsa barat dan sebagai pusat politik dunia masa kini. Pemerintah, Rakyat, dan setiap aktor-aktor transnasional terbukti sangat cepat beradaptasi dengan politik dunia yang diusung bangsa Barat. hingga pola hidup dan budaya pun bangsa Barat menjadi parameter seluruh dunia.
Dari beberapa argumen dan bukti yang dikemukakan oleh George Modelski dalam buku karangan David Held and Anthony McGrew yang berjudul The Global Transformations Reader dapat penulis simpulkan bahwa globalisasi merupakan fenomena lama yang sudah terjadi beberapa abad lalu yakni 1000 masehi ketika sebelum terjadinya perang dingin, dimana bangsa arab dengan kekuatan islamnya berhasil memperluas wilayahnya hingga ke asia, afrika dan eropa dan menjadi poros utama politik di seluruh dunia pada masa itu.  
·         Kemudian dalam buku Manfred B. Steger yang berjudul Globalization : A very short introduction membahas mengenai globalisasi lebih general. Steger membagi globalisasi itu menjadi beberapa periodesasi yang kemudian Steger mengawali globalisasi pada 10.000 SM–3.500 SM, Steger mengatakan “..........This event marked the end of the long process of settling all five continents that was begun by our hominid African ancestors more than one million years ago. Although some major island groups in the Pacific and the Atlantic were not inhabited until relatively recent times, the truly global dispersion of our species was finally achieved. The successful endeavour of the South American nomads rested on the migratory achievements of their Siberian ancestors who had crossed the Bering Strait into North America a thousand years earlier.......”[1] dari petikan tulisan Steger dapat kita simpulkan bahwa globalisasi terjadi jauh sebelum bangsa Arab melakukan perluasan wilayah, globalisasi sudah terjadi sejak 12.000 tahun lalu pada masa pra sejarah ketika para suku-suku kecil nenek moyang Afrika hominid melakukan penjelajahan  pemburuan hingga mencapai ujung selatan Amerika Selatan. Ini membuktikan bahwa globalisasi itu sudah terjadi sejak zaman prasejarah.
Steger melanjutkan periodesasi pramodern 3.500 SM – 1.500 SM, pada masa tersebut banyak karya-karya tulisan bangsa mesopotamia, mesir, dan china. beberapa bangsa berhasil mendirikan pemerintahan permanen atas bangsa-bangsa lain sehingga mengakibatkan kekuasaan teritorial yang luas dan membentuk sebuah wilayah-wilayah kerajaan seperti milik Kerajaan Mesir, Kekaisaran Persia, Kekaisaran Makedonia, American Empires dari suku Aztec dan Inca, Romawi Empire, Kekaisaran India, Kekaisaran Bizantium, Islam Kekhalifahan, dan Kekaisaran Ottoman. Semua kerajaan ini juga melakukan pertukaran budaya, teknologi, dan komoditas. Steger meyakini bahwa globalisasi telah terjadi sejak zaman prasejarah yang dimulai dari migrasi nenek-nenek moyang dari suatu wilayah ke wilayah lain yang menyeberangi lautan, seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Afrika hominid melakukan penjelajahan  pemburuan hingga mencapai ujung selatan Amerika Selatan.
          Relevansi terjadinya globalisasi masih banyak pakar yang berselisih pendapat dalam mendefinisikan proses globalisasi sebagai peristiwa yang baru ataupun telah terjadi sejak lama dan kemudian membawa kepentingan integrasi antar regional dalam seluruh aspek kehidupan. Keterikatan tersebut tidak hanya sekedar interaksi dalam satu bidang akan tetapi dalam satu bidang yang akan mempengaruhi ke bidang yang lain baik langsung maupun tak langsung. Dari beberapa dialektika yang disajikan, penulis lebih sepakat jika globalisasi terjadi pada masa sekitar 1000 masehi dan bukan fenomena pasca perang dingin, pasalnya proses globalisasi yang terjadi pada masa 10.000SM – 3.500 SM masehi terjadi bukan hanya migrasi semata namun terjadi penyebaran budaya dan perdagangan. Orang-orang dari periode neolitik berdagang rempah-rempah, obsidian, kerang laut, batu mulia dan bahan bernilai tinggi lainnya setidaknya sejak abad 10 milenium SM (sekitar 10000 SM). Dalam milenium ke-3 SM (sekitar 3000 SM), para pelaku tersebut berdagang dengan Negeri Punt, yang diyakini kala itu terletak di daerah yang meliputi Somalia utara, Djibouti, Eritrea, dan pesisir Laut Merah Sudan. Jalur laut di Laut Merah adalah dari Bab-el-Mandeb ke Berenike dan dari sana menggunakan jalur darat ke Sungai Nil dan kemudian dengan perahu ke Alexandria. Hal inilah yang meyakinkan penulis bahwa globalisasi telah terjadi sejak sebelum masehi ketika nenek moyang melakukan migrasi melalui jalur laut dan darat dan melakukan pertukaran barang sekaligus budaya.
Fenomena pasca perang dingin merupakan proses dari globalisasi yang kemudian berkembang pesat karena dampak dari persaingan teknologi, ekonomi, dan politik. Pasca perang dingin merupakan tindak lanjut dari perkembangan teknologi yang sudah ada yang kemudian pada masa ini dominasi dari pihak barat memiliki akar dan pengaruh yang sangat kuat karena kemenangan dari pihak barat atas perang tersebut. penulis yakin jika globalisasi pasca perang dingin merupakan agenda settingan yang dilakukan pihak barat, pasalnya tangan-tangan gurita pihak barat sangat luas hingga mempengaruhi kebijakan domestik suatu negara, sehingga globalsiasi yang terjadi pada masa kini sudah di setting oleh pihak barat.



2.        Apakah globalisasi merupakan sebuah fenomena alamiah ataukah sebuah agenda/proyek kapitalisme global?
Membahas tentang fenomena globalisasi penulis mengangkat buku manfred untuk di dialektikakan. Manfred mengatakan bahwa “.......Thus, the answer to the question of whether globalization constitutes a new phenomenon depends upon how far we are willing to extend the chain of causation that resulted in those recent technologies and social arrangements that most people have come to associate with this fashionable buzzword. Still others argue that globalization really represents the continuation and extension of complex processes that began with the emergence of modernity and the capitalist world system some five centuries ago. And a few remaining researchers refuse to confine globalization to time periods measured in mere decades or centuries. Rather, they suggest that these processes have been unfolding for millennia....”[2] Manfred secara sadar mengatakan bahwa dalam mengkaji mengenai fenomena globalisasi merupakan sesuatu yang baru ataupun lama itu tergantung seberapa dalam kita mengupas  rantai sebab-akibat yang ada dalam lingkungan sosial dan perkembangan teknologi. Dalam bukunya yang berjudul Globalization A Very Short Introduction Manfred berupaya secara obyektif menjelaskan globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dan perluasan dari proses yang kompleks dan dimulai dengan munculnya modernitas dan sistem kapitalis dunia sekitar lima abad yang lalu dengan ledakan teknologi yang dikenal sebagai Revolusi Industri. Globalisasi yang ada merupakan sebuah proyek kapitalis global yang sudah dimulai beberapa abad yang lalu, adanya revolusi industri bangsa barat pada 1800an lalu merupakan sebuah awal untuk memulai babak baru dalam globalisasi modern dimana semua kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan mesin untuk menggantikan manusia. Hingga sekarang pertumbuhan teknologi berkembang semakin pesar, dan kita ketahui pula teknologi-teknologi maju pendorong globalisasi masa kini tak dapat dipungkiri dikembangkan dan dimiliki bangsa barat untuk melanggengkan kekuasaan mereka. Sudah kita ketahui pula adanya perdagangan bebas yang terjadi diseluruh negara hingga adanya rezim WTO merupakan sebuah setting agenda yang secara matang dipersiapkan oleh kaum kapitalis untuk mendorong globalisasi dan secara langsung menguasai perekonomian dunia.
·         Selanjutnya dalam menganalisis fenomena globalisasi David Held dan Anthony McGrew lebih melihat globalisasi sebagai sebuah perkembangan sejarah yang harus diterima yang nyata dan signifikan. Selain itu dengan membayangkan adanya globalisasi tersebut sebagai ideologi dan konstruksi sosial. Held mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu perubahan yang mendukung transformasi dalam organisasi dan urusan manusia dengan menghubungkan kepentingan bersama yang kemudian memperluasnya dalam bentuk aktivitas-aktivitas manusia di berbagai wilayah. Tanpa mengacu pada hubungan jarak antar wilayah tidak ada rumusan yang jelas, dengan demikian konsep globalisasi merupakan sebuah fenomena alami yang terjadi yang kemudian di beri bumbu oleh manusia itu sendiri seperti adanya  peregangan kegiatan social, politik dan kerjasama  ekonomi antar wilayah sehingga dapat mewujudkan perkembangan globalisasi yang siginfikan bagi para globalis yang ada di dunia ini. Dalam hal ini, kemudian dapat berkembang secara luas dan pesat dan mewujudkan mewujudkan kerjasama transregional karena dampak dari kesalingterkaitan tersebut. Held mengatakan bahwa globalisasi merupakan sebuah jaringan lintas batas yang bukan hanya sesekali ataupun dilakukan secara acak, melainkan sangat teratur seperti layaknya adanya sebuah intensifikasi yang terjadwal. Hingga pada akhirnya pola interaksi dan arus dapat melampaui masyarakat di negara maju dan berkembang dan juga tatanan dunia.
Interaksi sosial antar masyarakat dan transaksi perdagangan yang dilakukan oleh berbagai aktor dapat mempercepat terjadinya proses globalisasi, karena
intensitas
yang dilakukan, kecepatan dari arus globalisasi dan dampaknya ditimbulkannya merupakan hasil dari interaksi antar wilayah, jaringan, kegiatan ekonomi, politik, dan hasil dari kebijakan yang dibuat.
·         Setelah mendialektikakan dua buku antara David held dan Manfred, nampaknya penulis lebih sepakat tentang apa yang dikemukakan oleh Manfred bahwa globalisasi merupakan sebuah kelanjutan dan perluasan dari proses yang kompleks dan dimulai dengan munculnya modernitas dan sistem kapitalis dunia sekitar lima abad yang lalu dengan ledakan teknologi yang dikenal sebagai Revolusi Industri. Sudah kita ketahui jika adanya organisasi-organisasi internasional seperti WTO dan IMF akan membantu hak perekonomian dalam globalisasi. Dengan adanya organisasi internasional tersebut dapat menyebabkan semakin mendominasinya negara-negara yang mempunyai power yang kuat untuk memaksakan perdagangan yang ditujukan untuk memajukan ekonomi negara peripheri. Jika sekarang kita melihat kenyataan yang ada  dimulai dari pemerintahan hingga gaya hidup yang ada dalam masyarakat internasional seakan-akan latah untuk meniru tentang apa saja yang dimiliki barat. Inilah salah satu yang menunjukkan dominasi barat, menurut pendapat penulis barat memang mempunyai  suatu proyek kapitalis dalam segala bidang yang nantinya dapat memperkuat mereka dalam berbagai sektor agar posisinya sebagai negara hegemon tidak tergeser. Contoh secara real yang dapat kita lihat adalah adanya IMF dan World Bank, kedua organisasi keuangan tersebut ada untuk membantu negara-negara berkembang meningkatkan taraf hidup negara tersebut untuk menjadi negara makmur. Namun, jika kita telaah lebih dalam mengenai adanya rezim tersebut tidak lain merupakan agenda kaum kapitalis untuk tetap menjadikan negara-negara berkembang menjadi tergantung kepada pinjaman luar negeri dari IMF dan World Bank. Inilah alasan mengapa penulis lebih condong kepada globalisasi merupakan fenomena agenda setting oleh kapitalis, karena untuk melakukan sebagian dari proses globalisasi negara harus mengikuti aturan main dari negara-negara hegemon seperti Amerika Serikat.

 
3.        Apakah globalisasi sebuah proses internasionalisasi atau universalisasi?
·         Universalisasi dan internasionalisasi merupakan akibat dari globalisasi modern yang semakin kompleks pembahasannya. Manfred B. Steger menjelaskan secara umum tentang globalisasi “......Hence, I suggest that we use the term globality to signify a social condition characterized by the existence of global economic, political, cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the currently existing borders and boundaries irrelevant. Yet, we should not assume that 'globality' refers to a determinate endpoint that precludes any further development. Rather, this concept points to a particular social condition that, like all conditions, is destined to give way to new, qualitatively distinct constellations...”[3] bahwasannya globalitas yang terjadi sekarang ini  merupakan kondisi sosial yang kemudian ditandai adanya sistem ekonomi global dalam bentuk free trade, sistem politik internasional, interkoneksi budaya yang diimplementasikan dengan adanya saling tukar menukar budaya asing maupun lokal, dan lingkungan yang menjadi arus pesat dalam demokrasi.
Adanya globalisasi diimbangi pula dengan semakin pudarnya batas-batas negara yang ada dan kemudian para globalis menganggap batas negara saat ini tidak relevan. Dengan semakin pudarnya batas-batas negara juga berdampak positif dan negatif pula. Ketika batas negara tersebut pudar, aktor dalam hubungan internasional bukan hanya negara semata, namun individu juga merupakan aktor internasional yang saling terkoneksi satu sama lain di berbagai belahan dunia karena batas negara yang sudah terabaikan oleh adanya globalisasi. Namun, disisi lain dengan pudarnya batas negara ini juga merupakan tantangan bagi para individu apakah mereka dapat mempertahankan rasa nasionalisme mereka atau lebih memilih untuk mnjadi masyarkat internasional.ketika rasa nasionalisme tersebut mulai pudar secara otomatis budaya-budaya lokal milik domestik yang tidak memiliki power besar semakin lama akan semakin pudar dan kemudian hilang. Dan kemudian akan tergantikan oleh budaya-budaya milik negara-negara hegemon hingga mendominasi dunia ini. Inilah yang ditakutkan para kalangan anti globalist dimana suatu saat budaya lokal akan punah dan budaya barat akan menghegemon dunia ini.

·         Selanjutnya dalam buku karangan George Ritzer yang berjudul Globalization : A Basic Text berasumsi bahwa para globalis melihat bukan hanya globalisasi sebagai sebuah proses yang ada saat ini, tetapi diibaratkan sebuah pohon yang tumbuh
semakin kuat
akarnya dan semakin meluas pula ranting yang ditumbuhi dedaunan. Dalam pandangan ini, globalisasi melibatkan serangkaian proses menggantikan Negara bangsa sebagai aktor utama. Nations state kemudian akan digantikan kedudukannya oleh globalisasi karena dengan adanya globalisasi para globalis menganggap negara tidak dibutuhkan lagi dikarenakan sudah adah pemerintahan global yang mengatur masyarakat internasional nantinya
Nantinya ketika negara sudah tidak ada dan digantikan oleh sistem pemerintahan internasional maka akan muncul aktor-aktor baru yang mengatur pemerintahan glibal ini. Sementara aktor-aktor negara berkembang tidak mampu untuk menghentikan mereka karena power yang mereka miliki sangatlah minim, disamping itu arus globalisasi yang sangat pesat semakin lama membuat negara tidak dianggap ada oleh masyarakatnya sendiri karena mereka sendiripun dapat melakukan interaksi global tanpa melibatkan institusi pemerintah.
Banyak para tokoh berpendapat bahwa ketika negara-bangsa telah berkurang
kepentinganya di era global ini, ini merupakan akhir dari pemerintahan.
dimana msyarakatnya tidak membutuhkan lagi keberadaan pemerintah karena kebutuhan mereka sudah tercukupi dari hasil proses interaksi global yang cenderung lebih efisien dan memiliki banyak option.
Namun, disisi lain negara-bangsa mencoba eksis kembali dengan menunjukkan keberadaannya, beberapa pandangan skeptis berpendapat bahwa dalam beberapa tahun terakhir negara-bangsa telah menegaskan kembali keberadaannya dan telah kembali dimana ketika dulu mengambil peran sebagai aktor dalam hubungan internasionalyang. Sebagai contoh tindakan AS saat melibatkan perbatasan Meksiko dengan patroli perbatasan semakin meningkat guna melindungi negaranya dengan menegakkan batas-batas wilayahnya kembali. 
·         Dari penjelasan mengenai dialektika diatas pada akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan yang tepat mengenai kondisi yang terjadi pada saat ini. Saat ini globalisasi merupakan sebuah proses internasionalisasi, adanya sistem ekonomi global dalam bentuk free trade, sistem politik internasional, interkoneksi budaya yang diimplementasikan dengan adanya saling tukar menukar budaya asing maupun lokal, dan lingkungan yang menjadi arus pesat dalam demokrasi merupakan bukti bahwa masyarakat sekarang ini secara sadar maupun tidak sadar telah diinternasionalisasikan oleh globalisasi.
Apalagi semakin pesatnya perkembangan internet sehingga membuat manusia dapat dengan mudah berinteraksi dengan dunia internasional dalam sekejap mata saja. ada yang mengibaratkan jika pergi ke amerika bagaikan membalikkan telapak tangan, kalimat tersebut memang perlu di apresiasi karena sekarang ini untuk mengakses situs internasional sangat mudah sekali melalui internet. Sehingga dalam dialektika ini saya sepakat dengan apa yang dituliskan oleh Manfred B. Steger mengenai globalisasi, “.....Hence, I suggest that we use the term globality to signify a social condition characterized by the existence of global economic, political, cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the currently existing borders and boundaries irrelevant....”[4] pada masa sekarang ini kita sudah tidak dapat lepas lagi dari yang namanya globalisasi karena setiap hari kita menjalani, melakukan, dan mengamalkannya bagaikan agama kedua bagi kita. Ini merupakan sebuah proses internasionalisasi efek dari globalisasi modern yang arusnya semakin pesat dan kita juga tidak dapat menghindarinya. Juga tidak dapat kita pungkiri bahwa globalisasi dampak baik bagi setiap negara untuk maju dan berkembang. Globalisasi, misalnya telah mendorong tumbuhnya masyarakat sipil yang menyadari perannya untuk berpartisipasi dalam internasional maupun dalam proses demokratisasi. Keterbukaan yang menjadi ciri globalisasi juga telah memudahkan pergerakan barang, jasa, informasi/komunikasi dan sebagian manusia lebih cepat, sehingga membuat komunikasi, transportasi lebih murah.


4.       Apakah globalisasi memudarkan kedaulatan Negara atau justru memperkuat?
·         Adanya globalisasi juga merupakan homogenisasi budaya hal ini dapat dilihat  ketika budaya-budaya lokal milik domestik yang tidak memiliki power besar semakin lama akan semakin pudar dan kemudian hilang. Dan kemudian akan tergantikan oleh budaya-budaya milik negara-negara hegemon hingga mendominasi dunia ini. Inilah yang ditakutkan para kalangan anti globalist dimana suatu saat budaya lokal akan punah dan budaya barat akan menghegemon dunia ini. Ini merupakan salah satu faktor memudarnya batas-batas kedaulatan negara. Goerge Ritzer mengatakan ”......The globalists see globalization as not only in existence today, but as growing ever more powerful and pervasive. In this view, globalization involves a set of processes that led, among many other things, to the supplanting of the nation-state as the preeminent actor in the world.....”[5]
Semakin pudarnya batas-batas negara yang ada dan kemudian para globalis menganggap batas negara saat ini tidak relevan. Dengan semakin pudarnya batas-batas negara juga berdampak positif dan negatif pula. Ketika batas negara tersebut pudar, aktor dalam hubungan internasional bukan hanya negara semata, namun individu juga merupakan aktor internasional yang saling terkoneksi satu sama lain di berbagai belahan dunia karena batas negara yang sudah terabaikan oleh adanya globalisasi. Namun, disisi lain dengan pudarnya batas negara ini juga merupakan tantangan bagi para individu apakah mereka dapat mempertahankan rasa nasionalisme mereka atau lebih memilih untuk mnjadi masyarkat internasional. “.....the nation-state has been supplanted in importance, at least in this realm, by global flows of all sorts. It is those flows that are of key importance and the nation-state has grown unable (or unwilling) to stop them....”[6] Ritzer menambahkan negara bangsa telah digantikan oleh sistem pemerintahan global yang demokrasi dan kemudian negara bangsa semakin lama semakin hilang. Ini dapat diartikan jika semakin lama ketika globalisasi semakin berkembang pesat maka kedaulatan nation state akan hilang karena masyarakat lokal lebih memilih untuk menjadi masyarakat internasional
·         Manfred B. Steger menjelaskan secara umum tentang globalisasi “......Hence, I suggest that we use the term globality to signify a social condition characterized by the existence of global economic, political, cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the currently existing borders and boundaries irrelevant...”[7] dari pernyataan tersebut dapat kita lihat bahwa dengan adanya global ekonomi, politik, budaya bercampur dan saling tukar menukar ide dalam ranah internasional. Ini berarti bahwa kedaulatan negara sudah semakin memudar lagi dan semakin lama tidak dianggap oleh masyarakat dalam negaranya. sistem ekonomi global pun dalam bentuk free trade, sistem politik internasional, interkoneksi budaya yang diimplementasikan dengan adanya saling tukar menukar budaya asing maupun lokal, dan lingkungan yang menjadi arus pesat dalam demokrasi. Disisi lain globalisasi merujuk kepada satu perangkat proses sosial yang dianggap mengubah kehidupan sosial yang sedang kita jalani sekarang ini, globalisasi telah mengalami pergeseran sistem kontak sosial manusia.
Beberapa argumen yang dikemukakan oleh manfred sedikit banyak sama dengan argumen yang dikemukakan oleh George Ritzer yang pada intinya dengan adanya globalisasi membuat kedualatan negara semakin memudar. Walaupun disisi lain kalangan anti globalis mengatakan bahwa state nation itu pasti akan bangkit namun hal tersebut masih sulit untuk dibuktikan dewasa ini.
·         Dengan munculnya globalisasi membuat posisi negara sebagai aktor utama dalam domestik semakin diabaikan oleh rakyat, hal ini dikarenakan proses globalisasi modern yang mempengaruhi kedudukan negara sebagai aktor utama. pada zaman ini sudah terlihat jelas adanya akulturasi budaya yang bisa dikatakan budaya itu tidak sesuai dengan bangsa kita ataupun mematikan budaya lokal dan menggantinya dengan budaya global. Ini merupakan sebuah penjajahan fikiran yang tidak disadari oleh kaum muda sekarang ini, mindset baru telah terbentuk bahwa budaya lokal merupakan budaya yang hanya menjadi pelajaran sejarah dan diklaim pada saat dilestarikan budaya lain.
Penulis sepakat dengan apa yang dikemukakan oleh Steger “......Hence, I suggest that we use the term globality to signify a social condition characterized by the existence of global economic, political, cultural, and environmental interconnections and flows that make many of the currently existing borders and boundaries irrelevant...”[8] bahwa semakin pudarnya batas-batas negara yang ada dan kemudian para globalis menganggap batas negara saat ini tidak relevan.



DAFTAR PUSTAKA
 
·         Steger B. Manfred.2003. Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. united kingdom
·         Ritzer, George.2010. Globalization : A basic text. John Wiley & Sons Ltd, united kingdom.
·         Held, David and McGrew, Anthony.2002. The Global Transformations Reader. United kingdom. Blackwell Publishing Ltd


[1] Manfred B. Steger. Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. English. 2003. Hlm.20-28
[2] ibid. Hlm.17
[3] Ibid. Hlm. 14
[4] Ibid. Hlm. 10
[5] George Ritzer. Globalization : A basic text. John Wiley & Sons Ltd, united kingdom. 2010. Hlm. 33
[6] ibid
[7] Manfred B. Steger. Globalization : A very short introduction. Oxford University Press Inc. English. 2003. Hlm. 1
[8] ibid

No comments:

Post a Comment